spot_img
spot_img
spot_img
BerandaInternasionalAsia PasifikKorea Utara Terancam Krisis Pangan Paling Brutal
Minggu, April 28, 2024

Korea Utara Terancam Krisis Pangan Paling Brutal

spot_imgspot_img

Kantorberitaburuh.com, PYONGYANG – Bencana alam yang menerjang lahan-lahan pertanian di Korea Utara (Korut) pada tahun lalu telah memicu krisis pangan pada tahun ini. Produksi biji-bijian gagal dan Pyongyang kini menghadapi ancaman kelaparan jika krisis pangan tak bisa diatasi.

Krisis pangan yang telah terjadi, dimana harga komoditas penting melonjak tinggi dan inflasi terjadi di negara itu.

Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un, mengakui dalam rapat pleno komite pusat Partai Buruh paling berkuasa mengatakan, situasi pangan masyarakat makin tegang.

“Situasi pangan masyarakat sekarang semakin tegang karena sektor pertanian gagal memenuhi rencana produksi biji-bijian karena kerusakan akibat topan tahun lalu,” kata Kim lansir Kantor Berita resmi KCNA yang dikutip Kantor Berita Buruh dari Reuters, Kamis (24/6/2021).

BACA JUGA  Kubu Luhut Ingatkan Jangan Usik TKA, Nanti Investornya Hengkang!

Menurut sebuah laporan yang dipublish NK News, harga pisang di Korut per kilogram mencapai US$45 atau Rp648 ribu. Sebungkus teh hitam dijual seharga US$70 atau Rp1 juta, dan sebungkus kopi seharga US$100 atau Rp1,4 juta.

Sementara Radio Free Asia pada Senin pekan lalu melaporkan jika harga beras dan nilai dolar AS di Korea Utara berfluktuasi hampir 10 dan 15 persen dalam satu hari. Outlet lain melaporkan pada hari yang sama bahwa harga gandum dan bahan bakar semuanya melonjak baru-baru ini.

Harga beras secara khusus naik sebesar 22 persen dalam satu pekan di awal Juni. Sebuah laporan mengatakan harga beras meningkat hampir dua kali lipat.

Dalam pertemuan itu, Kim meminta anggota partai bekerja untuk mengatasi kekurangan pangan. Meski tak jelas bagaimana Korut dapat dengan cepat mengatasi masalah ini karena perbatasan negara itu tetap ditutup akibat pembatasan COVID-19.

BACA JUGA  BPK Khawatir Pemerintah Tak Mampu Bayar Utang

Sesuai laporan terbaru Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Korea Utara kekurangan 8.600.000 ton makanan.

Meski Korea Utara belum secara resmi mengkonfirmasi kasus COVID-19, namun negara itu telah memberlakukan tindakan anti-virus yang ketat, termasuk penutupan perbatasan dan pembatasan perjalanan domestik.

Negara ini bergantung pada China untuk banyak barang yang tidak dapat diproduksinya, termasuk makanan dan bahan bakar. Namun terjangan badai musim panas lalu memicu banjir yang menghancurkan ribuan rumah dan menggenangi lahan pertanian.

Kim menyerukan langkah-langkah meminimalkan dampak bencana alam seperti itu, dengan mengatakan memastikan panen yang baik adalah “prioritas utama”.

“Rapat pleno itu juga membahas sifat berkepanjangan dari pandemi virus corona,” papar laporan KCNA.

BACA JUGA  Mogok Massal Buruh Tambang Myanmar, Kerugian Besar bagi Junta

Pyongyang memiliki infrastruktur medis yang buruk dan kekurangan obat-obatan penting. Pengamat mengatakan wabah virus corona mendatangkan malapetaka di negara yang terisolasi itu.

Perdagangan dengan China, jalur kehidupan ekonomi Korea Utara, telah melambat, sementara semua bantuan internasional menghadapi pembatasan ketat.

Juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, dampak pandemi kemungkinan besar memperburuk situasi kemanusiaan di Korea Utara, dengan sekitar 10,6 juta orang membutuhkan bantuan.

Ancaman kelaparan kini membayang di Korut jika krisis pangan paling brutal di negara itu gagal diatasi. [*/REDKBB]

- Advertisement -spot_imgspot_img
Must Read

Dosa Kolektif

Terbaru
- Advertisement -spot_imgspot_img
Baca Juga :