spot_img
spot_img
spot_img
BerandaBerita UtamaBerharap Perhatian Pemerintah Agar Tetap Bertahan
Jumat, Mei 3, 2024

Berharap Perhatian Pemerintah Agar Tetap Bertahan

spot_imgspot_img

Kantorberitaburuh.com, JAWA BARAT – Bandung hari ini terasa berbeda. Tidak lagi sama dengan dua tahun sebelumnya. Tepat sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Denyut industri pariwisata di Bandung seolah melemah. Keramaian di akhir pekan mendadak menghilang. Kota Kembang kini sepi pengunjung.

Episode ‘mati suri’ Kota Bandung ini dimulai April tahun 2020. Saat itu, hampir semua aktivitas berhenti. Setelah virus Covid-19 terdeteksi di Indonesia.

Gelegar suara acara musik di akhir pekan tidak lagi terdengar. Pusat perbelanjaan hampir tak ada transaksi jual beli. Begitupun di kafe dan restoran. Tidak lagi terlihat riuh muda mudi bersenda gurau.

Kutipan ‘Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum’ dari fenomenolog asal Belanda, Martinus Antonius Weselinus Brouwer seakan tak relevan.

Dampak dari semua itu. Pengusaha industri pariwisata mengalami pukulan berat. Pengunjung berkurang drastis. Pemasukan berkurang jauh. Mereka kerja keras memutar otak. Coba sekuat tenaga untuk bertahan. Meski berjalan sangat tertatih.

Kondisi ini dirasa begitu berat oleh Gan Bonddilie atau Bondbond. Pengusaha kuliner di Bandung ini terperosok berkali-kali akibat pandemi. Usahanya anjlok. Hal itu membuatnya frustasi. Hingga terjadilah peristiwa di tanggal 4 Agustus lalu. Tepat di depan Gedung Balai Kota Bandung. Dia hampir saja kehilangan nyawa. Coba bunuh diri karena kecewa.

Bondbond sendiri tidak mengerti. Alasan nekat berbuat itu. Semua berkecamuk di kepala dan hati. Hingga memutuskan mencelakai diri sendiri.

Pengusaha di Bandung yang nekat hendak bunuh diri. (Foto Istimewa)

Bondbong mengakui. Pandemi berkepanjangan membuatnya terpuruk. Usahanya satu per satu ambruk. Nyaris tidak ada perputaran ekonomi. Dikarenakan sepi pembeli.

 

Hari-harinya kian tertekan. Menjabat sebagai Ketua Harian Asosiasi Kafe dan Resto (AKAR) tetapi tidak bisa berbuat banyak. Coba membantu sesama pengusaha lewat pemangku kebijakan. Mencari solusi mengurangi dampak. Sayang tak membawa dampak signifikan.

“Bulan yang paling berat itu dimulai Oktober 2020, udah kerasa sekali dampak pandemi Covid-19 ini,” katanya saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

BACA JUGA  Atasi Dampak Covid, Sekjen KSBSI Gulirkan Konsep Tripartit

Banyak cara dilakukan pemilik usaha restoran dan kafe. Menyiasati keuangan dan berdamai dengan keadaan. Tetapi apa daya. Impian tidak seindah kenyataan. Lambat laun semua terasa kian berat. Jangankan untuk berlari jauh. Berdiri tegak sudah tak mampu.

“Puncaknya tanggal 27 atau 28 kita akan mengibarkan bendera putih karena ketahanan sudah tidak kuat lagi,” katanya.

Bondbond menyadari. Bukan cuma pengusaha kuliner terdampak pandemi. Tetapi setidaknya. Nasib restoran dan kafe juga diperhatikan.

Apalagi, sejumlah persyaratan, protokol kesehatan hingga vaksinasi karyawan sudah dijalankan.

“Kami tidak perlu dikhususkan, minimal diajak atau dirangkul,” katanya.

Sebenarnya, harapan Bondbond dan pengusaha kafe dan restoran tergabung dalam AKAR tidak muluk-muluk. Minimal, pengunjung diizinkan makan di tempat. Meski kapasitas 25 persen dan dengan protokol kesehatan ketat.

“Sebab efeknya sangat luar biasa, pendapatan berdampak. Kalau bisa dine in, ya minimal bisa bayar gaji karyawan, sewa tempat,” katanya.

Beratnya usaha karena pandemi juga dirasakan Rafi. Pemilik gerai kopi nusantara di Bandung dibuat gusar melihat kondisi saat ini. Ragam kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19 membuat bisnis yang dikelolanya kelabakan.

“Imbasnya di minggu pertama PPKM kita anjlok 90 persen,” cerita Rafi kepada merdeka.com akhir pekan lalu.

Dia menceritakan. Mayoritas pemilik usaha kuliner di Bandung juga menjual suasana untuk memikat pelanggannya. Tetapi, aturan tidak boleh makan di tempat membuat mereka kehilangan pembeli. Rafi dan manajemennya coba beradaptasi dengan keadaan. Menyiasati produk dijual, sistem pembelian lewat online hingga menampilkan kemasan menarik. Tetapi lagi-lagi, pasar tidak menyambut gembira.

“Penurunan omzet 50-70 persen,” keluhnya.

Sejujurnya, kata Rafi. Pendapatan yang ada bahkan tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional. Meski demikian, dia bersyukur. Tak ada pegawai yang dirumahkan.

Rafi tidak berharap lebih. Dia hanya ingin pemangku kebijakan mendengar suara pengusaha kafe dan restoran. Apalagi, semua protokol kesehatan sudah mereka jalankan.

BACA JUGA  Meski Pandemi, Ekspor Minyak Sawit Cetak Rekor

“Kebijakannya bisa mengakomodir pengelola cafe, resto,” kata anggota Asosiasi Kafe dan Resto (AKAR) ini.

Perhatian Pemerintah Obat untuk Bertahan

Ketua AKAR Jabar, Arif Maulana, mengakui sejak awal pandemi pelaku industri pariwisata di Jabar resah. Apalagi sejumlah aturan yang kemudian dikeluarkan.

 

Jl. Braga, salah satu kawasan ramai yang biasa dikunjungi wisatawan. (Foto: Istimewa)

AKAR-PHRI Jabar memiliki 900 anggota terdaftar dan 600 terkoordinasi. Dampak pandemi, katanya, ada 68 restoran terpaksa gulung tikar.

“Selain itu, restoran banyak merumahkan karyawan nya, rata-rata mencapai 90 persen karyawan akibat tidak bisa dine in. Padahal anggota AKAR-PHRI sudah berjuang dalam program vaksin sebanyak 12.000 karyawan,” katanya.

Sulitnya usaha bangkit di sepanjang pandemi diakui Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Herman Muchtar. Dia memahami betul yang dirasakan Rafi dan Bondbond.

Dia menyadari tidak ada satupun orang di dunia ini yang ingin berlarut dalam kondisi pandemi. Tetapi, tidak bisa dipungkiri pandemi membuat banyak orang terhimpit. Termasuk pemilik usaha di bidang hotel dan restoran.

“Pengusaha makin hari makin terhimpit, makin tertekan. Itu kondisinya. Sangat sulit, menyelamatkan diri juga sulit,” kata Herman.

Khusus di Jabar misalnya. Terdapat 30 ribu lebih hotel dan puluhan ribu restoran. Semuanya sangat terdampak akibat pandemi. Jangankan menggaji pegawainya, membayar kewajiban pada bank hingga listrik saja begitu sulit.

Oleh karena itu, perhatian pemerintahlah yang menjadi harapan mereka untuk bertahan. Segela aturan coba mereka jalankan. Tetapi jangan sampai membuat mati perlahan.

“Berikan kami kesempatan untuk bernapas sedikit saja. Jangan dicekik habis,” sambung dia.

Herman berterima kasih kepada kepala daerah yang sudah mulai peduli dan memahami kondisi sektor hotel dan restoran. Dia sangat berharap semua pihak saling memahami dan mengerti kondisi satu sama lain.

BACA JUGA  RI Kecam Keras Terjadinya Penyiksaan TKI di Malaysia

“Intinya kita harus sama-sama memahami. Kondisi pengusaha sekarang sudah kayak apa,” tegas Herman.

Butuh Kerja Sama Semua

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari, menyadari pandemi sangat berdampak untuk industri pariwisata di Bandung. Okupansi hotel menurun, restoran dan kafe tanpa dine in, dan dilarangnya ada kerumunan membuat pemilik usaha menjerit kesusahan.

Dia pastikan Pemkot Bandung tidak berharap kondisi ini terjadi pada pemilik usaha hotel, restoran tempat wisata dan lainnya. Itu sebabnya, dia berharap kondisi Covid-19 di Bandung terus semakin membaik.

 

“Mudah-mudahan setelah tanggal 16 Agustus, Kota Bandung bisa masuk level 3. Karena kalau dilihat dari data epidemiologinya sudah membaik. BOR sekarang 46 persen,” katanya.

“Tapi sekarang mulai ada pelonggaran meskipun bertahap. Itu upaya untuk memberikan atau insentif kepada pengusaha. Mal juga sudah mulai dibuka. Meskipun dengan pembatasan.”

Kenny berharap kerja sama semua pihak. Jangan sampai kelonggaran yang diberlakukan membuat kasus Covid-19 kembali naik akibat lalai protokol kesehatan.

“Jangan kita kebablasan, euforia, waspada. Ini masih pandemi. Jangan sampai euforia juga. Pengawasan, monitoring terus dilakukan. Kita butuh kerjasama semua. Kalau pemerintah saja yang mengingatkan disiplin menjalankan aturan, gimana kita mau percepatan supaya Bandung lebih baik lagi untuk kondusifitas situasi pandemi,” katanya.

Dipastikan, Pemkot Bandung terus memantau kondisi pelaku usaha dari hari ke hari. Pihaknya juga intensif melakukan pertemuan dengan pihak terkait termasuk menteri terlebih setelah aksi percobaan bunuh diri ketua harian AKAR.

“Itu upaya pemerintah kota ini prihatin dengan situasi seperti ini, tapi kita enggak berdiam diri. Aspirasinya langsung kita sampaikan dengan penyampaian surat Wali Kota ke kementerian termasuk ke Mendagri,” tegas Kenny. [Sumber: Merdeka.com]

- Advertisement -spot_imgspot_img
Must Read
Terbaru
- Advertisement -spot_imgspot_img
Baca Juga :