spot_img
spot_img
spot_img
BerandaBerita UtamaCatatan BPS: Harga BBM Naik, Angka Kemiskinan Meningkat
Sabtu, Mei 4, 2024

Catatan BPS: Harga BBM Naik, Angka Kemiskinan Meningkat

spot_imgspot_img

Kantorberitaburuh.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik mengingatkan pemerintah, kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi berpotensi menambah jumlah orang miskin di Indonesia. Kekhawatiran ini dilontarkan Kepala BPS Margo Yuwono.

Ia menilai kenaikan harga BBM akan menyebabkan naiknya angka inflasi, karena sifatnya multiplier effect terhadap sektor lain. Utamanya harga makanan.

“Penduduk sekitar garis kemiskinan konsumsi paling banyak adalah makanan sekitar 64 persen. Sementara harga-harga makanan nanti naik karena kenaikan BBM, itu otomatis akan menarik garis kemiskinan naik,” terangnya kepada wartawan di Gedung BPS, lansir situs nasional, Kamis (1/9/2022).

Dia menjelaskan, kenaikan garis kemiskinan tidak diimbangi dengan naiknya pendapatan masyarakat yang rentan miskin. Sehingga mereka akan tergerus dan masuk dalam kategori masyarakat miskin, sehingga akan ada penambahan jumlah.

“Kalau pendapatan masyarakat naiknya tidak setinggi naiknya garis kemiskinan, maka itu akan terjadi penambahan kemiskinan. Maka kuncinya supaya BBM tidak berdampak kepada kemiskinan, harus menggenjot kenaikan pendapatan masyarakat,” pungkasnya.

BACA JUGA  Datangi DPR RI, KSBSI Sampaikan Tidak Kondusifnya Perburuhan pasca lahirnya UU Ciker

Oleh karenanya, ia beranggapan bahwa bantuan sosial (bansos) bisa dijadikan tambalan bagi masyarakat yang rentan miskin, sebab kalau hanya mengandalkan upah kerja dapat dipastikan masyarakat akan sangat kesulitan.

Seperti diketahui, pemerintah melakukan penambahan dana bansos senilai Rp24,17 triliun yang akan dibagikan untuk masyarakat. Bansos ini diberikan pemerintah atas kebijakan pengalihan subsidi BBM agar tidak mengganggu daya beli masyarakat.

Bansos senilai Rp24,17 triliun tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bantuan langsung tunai, bantuan subsidi upah, dan perlinsos dari 2% dana transfer umum.

Naiknya Angka Kemiskinan

Secara resmi Presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM Subsidi dan nonsubsidi. Kenaikkan harga BBM subsidi jenis pertalite dan solar serta bbm nonsubsidi jenis pertamax diumumkan secara langsung oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan.

“Pertalite dari Rp 7.650 jadi Rp 10.000. Solar subsidi dari Rp 5.150 jadi Rp 6.800. Pertamax nonsubsidi dari Rp 12.500 jadi Rp 14.500,” kata Arifin Tasrif, Sabtu (3/9/2022).

BACA JUGA  Kelangkaan Minyak Akibat Ulah Para Oligarki

Dengan demikian, Pertalite naik 30,7%, solar naik 32%, dan Pertamax nonsubsidi naik 16%. Harga baru ini berlaku 1 jam sejak diumumkan, atau mulai Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.

Merujuk pada data sebelumnya yang diungkap BPS, kenaikkan harga BBM turut mendongkrak angka kemiskinan di Indonesia.

Tercatat, harga bensin naik32,6 persen dan solar menanjak 27,3 persen pada Maret 2005. Kemudian, harga bensin kembali naik 87,5 persen dan solar 104 persen pada Oktober 2005. Imbasnya, angka kemiskinan naik dari 15,97 persen pada 2005 ke 17,75 persen pada 2006. Jumlah orang miskin juga meningkat dari 35,1 juta jiwa menjadi 39,3 juta jiwa.

“Begitu ada kenaikan BBM inflasi 17 persen (2005), angka kemiskinan naik,” ujar Margo dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang ditayangkan secara virtual, Selasa (30/8/2022).

BACA JUGA  Anggota TNI Tuntut Keadilan pada Perusahaan Aspal yang Sebabkan Tangan Anaknya Putus

Peningkatan jumlah orang miskin juga tercermin saat pemerintah menaikkan harga BBM pada 2013 dan 2014. Tercatat, harga bensin melesat 44,4 persen dan solar naik 22,2 persen pada Juni 2013.Selang setahun, harga bensin kembali naik 30,8 persen dan solar menanjak 36,4 persen. Meski persentase penduduk miskin turun pada periode 2013-2015, tetapi jumlah penduduk miskin bertambah.

Berdasarkan catatan BPS, angka kemiskinan pada Maret 2013 sebesar 11,37 persen. Kemudian angkanya turun menjadi 11,25 persen pada 2014 dan 11,22 persen pada 2015.

Sementara itu, jumlah orang miskin pada Maret 2013 sebesar 28,07 juta jiwa. Selang setahun, jumlahnya naik 28,28 juta jiwa, lalu kembali meningkat pada Maret 2015 menjadi 28,59 juta jiwa.

“Jangan sampai lengah. Tidak bisa mengendalikan harga di masing-masing daerah bisa berdampak ke tingginya angka kemiskinan,” ujar Margo.

[*Berbagai Sumber/REDK-TODAY]

- Advertisement -spot_imgspot_img
Must Read
Terbaru
- Advertisement -spot_imgspot_img
Baca Juga :