spot_img
spot_img
spot_img
BerandaIndustri & BisnisAgrikulturIndonesia Darurat Wabah Ternak
Jumat, Mei 17, 2024

Indonesia Darurat Wabah Ternak

spot_imgspot_img

Kantorberitaburuh.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 sudah hampir tuntas. Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja membuat kebijakan boleh melepas (tidak menggunakan masker) di tempat keramaian.

Hal ini seolah menandai babak baru “Indonesia tanpa masker” dan harapan tumbuhnya ekonomi setelah sebelumnya luluh berantakan dihajar pandemi Covid-19.

Namun begitu, di tengah hegemoni hampir tuntasnya pandemi, justru muncul kabar tak sedap dari dunia ternak, yakni munculnya darurat wabah ternak. Penyakit mulut dan kuku atau PMK.

Ditemukan pertama kali di Jawa Timur, penyakit PMK lalu merembet ke wilayah lain di hampir seluruh nusantara. Setelah sebelumnya terpukul wabah Covid, kini Peternak pun terpukul oleh wabah ini.

Mengutip Majalah Tempo, disebutkan, sesungguhnya, wabah ini sudah diprediksi lama. Tata kelola impor daging sapi dan ternak yang sarat kepentingan politik membuat pengawasan virus ternak menjadi longgar. Setelah 32 tahun bebas wabah ini, pertahanan karantina Indonesia pun jebol.

Aphtovirus kali ini diduga berasal dari impor ternak pada Februari-April 2022. Data Kementerian Pertanian hingga 10 Mei 2022 menyebutkan jumlah hewan yang tertular virus tersebut mencapai 6.720 ekor.

Hewan-hewan ini berada di Aceh, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

Pemerintah menyatakan Aphtovirus ditularkan dari kambing dan domba selundupan dari Thailand dan Malaysia. Sedangkan para peternak menuduh virus ini masuk dari daging dan hewan impor dari negara yang belum bebas dari wabah PMK.

BACA JUGA  Data Jagung Carut-marut, Nasib Peternak di Ujung Tanduk

Merespon menjalarnya PMK, Kementerian Pertanian (Kementan) segera melakukan mitigasi yang telah ditetapkan sebagai wabah di Jawa Timur dan Aceh. Terdeteksi pertama kali pada 28 April 2022 di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pemerintah setempat segera melakukan mitigasi dan pengobatan bagi hewan ternak yang terinfeksi.

3 Agenda

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan mitigasi dan antisipasi sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo untuk melakukan lockdown zonasi dan membentuk tim satuan tugas atau Satgas PMK.

“Sesuai arahan Bapak Presiden, memerintahkan Kementerian Pertanian bersama Satgas yang didalamnya ada TNI, Kepolisian, Kejaksaan dan lintas kementerian untuk berada di daerah-daerah yang sudah ditetapkan PMK,” katanya, dikutip dalam rilis resmi Kementan, Kamis (12/5/2022).

Selain Jawa Timur, Provinsi Aceh khususnya Kabupaten Aceh Tamiang ditetapkan sebagai daerah wabah PMK. Penetapan ini buntut terinfeksinya 2.555 ekor sapi dan 13 ekor sapi yang terkonfirmasi mati.

Pada kunjungannya ke Aceh Tamiang, Mentan menyampaikan tiga agenda yang akan dilakukan Kementan dalam menanggulangi PMK yang berlaku secara nasional.

Agenda pertama bersifat sementara, yaitu dengan pengadaan vaksin, melakukan vaksinasi darurat, dan pembatasan lalu lintas hewan serta produk hewan.

“Kami juga menyiapkan agenda SOS, seperti melakukan pemusnahan terbatas ternak yang terkonfirmasi positif PMK, pemberlakuan lockdown zona wabah pada tingkat kecamatan/Kabupaten di setiap wilayah, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait SOP Pencegahan dan pengendalian PMK,” ujarnya seperti dilaneir bisnis.com, pekan lalu.

Agenda ketiga, lanjut Mentan yaitu Agenda Permanen, melalui pembuatan vaksin oleh Pusat Veteriner Farma (Pusvetma), vaksinasi massal dan surveilans secara rutin.

BACA JUGA  Ahli: Negara Boleh Melakukan Akrobasi Hukum, Trisnur: Cabut Dulu Dong UU 12/2011

Di hadapan masyarakat yang hadir, Mentan menegaskan bahwa PMK bisa ditangani dengan baik. Langkah yang dilakukan Pemprov Aceh dan Pemkab Aceh Tamiang dalam menanggulangi wabah ini sudah sesuai dengan harapan banyak orang.

“Dari sekian banyak hewan ternak yang menjadi suspect ternyata bisa disembuhkan. Intinya dalam menghadapi PMK ini jangan panik,” pungkasnya.

Sementara dalam Konferensi Pers Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak pada Kamis (12/5/2022), dia melihat bahwa intervensi yang dilakukan sejauh ini, baik di Aceh dan Jawa Timur menggunakan obat dan vitamin memberikan dampak yang baik.

“Dengan vaksin dan obat-obatan serta operasional yang selama ini kerja, mudah mudahan ini bisa membendung agar isolasi terhadap isolasi atau lockdown dapat secara maksimal dan obatan-obatan yang tersedia dapat memberikan daya tahan sambil menunggu vaksin,” jelas SYL.

Tercatat di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur dari total kasus 864 ekor yang terinfeksi, per 11 Mei 2022 sudah 33 sapi yang dinyatakan sembuh total.

Sebelumnya, dalam Sidang Paripurna pada Senin (9/5/2022), Jokowi meminta Mentan untuk segera melakukan lokalisasi atau lockdown bagi daerah yang terkena wabah PMK.

“Saya minta ini Menteri Pertanian segera dilakukan lockdown zonasi, lockdown di wilayah, sehingga mutasi dari satu tempat ke tempat lain atau pergerakan ternak dari kabupaten ke kabupaten apalagi provinsi ke provinsi bisa dicegah,” kata Jokowi.

BACA JUGA  Sidang Judicial Review UU Ciker Dilanjutkan, KSBSI Siapkan Ahli

Rentan Menulari Hewan Ternak Lainnya

PMK atau dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan Apthtae Epizooticae adalah penyakit hewan menular berisfat akut yang disebabkan oleh virus.

Dalam literatur yang dipublikasikan situs-situs pemerintah daerah, penyakit ini berasal dari virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus. Masa inkubasinya antara 2 – 14 hari.

Penyakit ini rentan menulari hewan ternak seperti sapi, kerbau, unta, gajah, rusa, kambing, domba dan babi.

Penularan PMK pada hewan ternak ini berlangsung melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung dapat melalui droplet, leleran cairan hidung, dan serpihan kulit pada hewan yang terinfeksi virus.

Sementara itu penularan secara tidak langsung terjadi pada vektor hidup, yaitu manusia dan hewan lainnya. Virus yang menempel ini juga menular melalui mobil pengangkut ternak, peralatan, alas kandang, dan lainnya.

Selain itu, virus ini dapat menyebar melalui angin di daerah beriklim khusus bisa mencapai radius 60 km di darat dan 300 km di laut.

“Sangat mudah menular,” kata Profesor Mustofa Helmi Effendi, Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga seperti dilansir bbc.com pekan lalu.

Prof Helmi menambahkan, virus ini lebih menjadi “pukulan” bagi peternak, karena ternak yang dijual, misalnya sapi akan mengalami penurunan berat badan. “Anak sapi bisa mati, sapi mengalami penurunan berat badan, ini berarti kerugian ekonomi,” tandasnya.

[*/REDKBB]

- Advertisement -spot_imgspot_img
Must Read
Terbaru
- Advertisement -spot_imgspot_img
Baca Juga :