spot_img
spot_img
spot_img
BerandaBerita UtamaJumlah Pekerja di Inggris Merosot, Rekor sejak 1 Dekade Terakhir
Sabtu, April 20, 2024

Jumlah Pekerja di Inggris Merosot, Rekor sejak 1 Dekade Terakhir

spot_imgspot_img

Kantorberitaburuh.com, LONDON – Pandemi telah memukul wajah industri di Inggris. Ancaman pemutusan hubungan kerja hingga banyaknya perusahaan yang tutup membuat jumlah pekerja di Inggris mengalami penurunan terbesar sejak 2009.

Tanda-tanda belum usainya Covid-19 akan berdampak lebih besar pada pasar tenaga kerja, karena pemerintah setempat menghentikan skema perlindungan pekerjaannya.

Merujuk data resmi setempat, penurunan pekerja dipimpin oleh pekerja sektor wiraswasta yakni mencapai 220.000 pekerja. Data terpisah untuk bulan Juli menunjukkan, jumlah staf dalam daftar gaji perusahaan telah turun 730.000 sejak Maret 2020.

Hal ini menyuarakan peringatan tentang potensi peningkatan pengangguran yang jauh lebih besar ke depannya.

Kehilangan pekerjaan yang meningkat diprediksi karena Inggris bakal menghentikan skema retensi pekerjaan, yang telah mencakup sekitar satu dari tiga pekerjaan sektor swasta. Skema retensi akan ditutup pada akhir Oktober.

BACA JUGA  Dugaan Korupsi Posfin, PT Pos Indonesia Tegaskan Akan Kooperatif

“Yang menjadi kekhawatiran sebenarnya adalah menurunnya jumlah pekerja saat ini hanyalah gelombang pertama dari berita buruk untuk pasar kerja,” kata penasihat pasar tenaga kerja senior di Chartered Institute of Personnel Development, Gerwyn Davies, mengutip Reuters, seperti dilansir Kompas.com, pada Desember 2020 lalu.

“Faktanya, pengurangan pekerja alih-alih meningkatnya pemecatan staf secara permanen adalah penyebab utama. Hingga saat ini, fakta itu menjadi pertanda buruk untuk beberapa bulan mendatang, jika lebih banyak perusahaan melakukan PHK sebagai upaya terakhir,” sambungnya.

Dukungan Pemerintah

Sementara itu, Menteri Keuangan Rishi Sunak mengatakan, program dukungan pemerintah terhadap pekerja berhasil, tapi kehilangan pekerjaan tidak dapat dihindari.

“Saya selalu mengatakan secara jelas, kami tidak dapat melindungi setiap pekerjaan. Tapi kami memiliki rencana yang jelas untuk melindungi, mendukung, dan menciptakan lapangan kerja, sehingga memastikan bahwa tidak ada yang ditinggalkan tanpa harapan,” katanya.

BACA JUGA  Harga BBM di Inggris Menggila, Isi Bensin Mobil Keluarga Butuh Rp1,8 Juta

Sejauh ini beberapa perusahaan telah merencanakan pemberhentian, mulai dari surat kabar British Airways dan London’s Evening Standard, hingga pengecer WH Smith dan Selfridges.

Pengangguran 3,9 Persen

Data Biro Statistik Nasional Inggris mencatat, tingkat pengangguran bertahan di 3,9 persen. meski bertahan, stagnannya angka diartikan sebagai banyak orang yang sudah menyerah mencari pekerjaan.

Selain itu, ada 300.000 orang yang bekerja tapi tidak mendapatkan bayaran. Pekan lalu, Bank of England memproyeksi tingkat pengangguran akan mencapai 7,5 persen pada akhir tahun 2020.

Tercatat, jumlah wiraswasta sudah turun dalam tiga bulan terakhir hingga Juni, dipimpin oleh pekerja yang lebih tua. Jumlah orang yang mengklaim kredit universal – tunjangan bagi mereka yang berpenghasilan rendah serta pengangguran – naik menjadi 2,689 juta di bulan Juli, melonjak 117 persen dari bulan Maret.

BACA JUGA  Pemkot Bekasi dan Buruh Sepakat UMK Tahun 2021 Naik 4,21 Persen

Sementara itu, gaji turun 1,2 persen pada periode April-Juni, periode yang paling tinggi dalam lebih dari 10 tahun. Ini mencerminkan pekerja dalam skema retensi pekerjaan hanya menerima 80 persen dari gaji mereka. Tidak termasuk bonus, gaji turun untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada tahun 2001. (*/Reuters/Kompas/KBB)

- Advertisement -spot_imgspot_img
Must Read
Terbaru
- Advertisement -spot_imgspot_img
Baca Juga :