spot_img
spot_img
spot_img
BerandaInternasionalAsia PasifikDemonstran Cantik Myanmar yang Dibunuh Junta, Sumbangkan Organ Tubuhnya
Jumat, Maret 29, 2024

Demonstran Cantik Myanmar yang Dibunuh Junta, Sumbangkan Organ Tubuhnya

spot_imgspot_img

Kantorberitaburuh.com, YANGON – Demontrans cantik anti kudeta yang ditembak mati polisi Junta militer Myanmar, kini viral di Media Sosial. Demonstran bernama Kyal Sin, berusia 19 tahun kini mendapat perhatian dunia. Meski berusia muda, Kyal Sin tak gentar untuk berani menentang kudeta militer di negerinya.

Kyal Sin kini dijuluki Angel (Malaikat) dibunuh oleh polisi junta militer Myanmar saat demo Rabu lalu. Demonstran yang viral dengan kausnya; “Everything will be ok (Semuanya akan baik-baik saja)” ini menyumbangkan organ tubuhnya.

Kyal Sin selalu membiarkan pakaiannya berbicara—pada salah satu unjuk rasa anti-kudeta Myanmar , dia menempelkan tanda di belakang jaket hitamnya: “Kami membutuhkan demokrasi. Keadilan untuk Myanmar. Hormati suara kami.”

Beberapa minggu kemudian, gadis 19 tahun itu ditembak mati Rabu lalu di sebuah protes di jalan-jalan kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay. Slogan pada kausnya tersebut telah menjadi refrein pedih yang bergema di media sosial, dan ribuan orang hadir untuk pemakamannya di Mandalay pada hari Kamis.

BACA JUGA  Demonstran Marah, Bisnis China Diminta Angkat Kaki dari Myanmar

Mengutip Sindonews.com disebutkan, untuk Kyal Sin, yang dijuluki “Malaikat”, memulihkan demokrasi negaranya yang rapuh mengalahkan kekhawatiran tentang keselamatannya sendiri saat dia memprotes diakhirinya pemerintahan militer.

Gadis penggemar tari ini bergabung dengan ratusan ribu orang di seluruh negeri yang menyerukan pembebasan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, yang telah ditahan sejak militer sejak kudeta 1 Februari.

Sebelum pergi ke demonstrasi minggu ini, dia mendaftarkan golongan darahnya di halaman Facebook-nya, nomor teleponnya, dan mengatakan organnya tersedia untuk disumbangkan jika terjadi sesuatu padanya.

“Jika perlu, Anda dapat menghubungi saya dengan bebas di nomor telepon ini kapan saja,” tulisnya.

“Saya bisa menyumbangkan (organ saya) jika saya meninggal. Jika seseorang membutuhkan bantuan segera, saya dapat menyumbang bahkan jika itu menyebabkan kematian saya.”

Dia adalah salah satu dari setidaknya 38 orang yang menurut PBB tewas pada Rabu, hari paling mematikan di Myanmar sejak kudeta.

Rekaman yang di-posting di media sosial menunjukkan saat-saat terakhir Kyal Sin selama demonstrasi yang berubah menjadi kekerasan—merangkak di sepanjang jalan dan berlari mencari perlindungan di tengah suara tembakan dan semburan gas air mata.

BACA JUGA  Hukum-an Mati Pelaku Korupsi

Seorang dokter memastikan kepada AFP, Jumat (5/3/2021), bahwa dia telah ditembak di kepala.

“Satu Suara dari Hati”

Beberapa jam setelah berita kematian Kyal Sin, penghormatan membanjiri media sosial, dengan karya seni yang dibuat dari pose berjongkok yang mencolok pada hari kematiannya.

Di halaman Facebook-nya, dia menunjukkan sisi yang berbeda—memposting video gerakan tariannya, selfie pakaiannya, dan menunjukkan hubungan dekatnya dengan ayahnya.

Dalam momen yang lembut bulan lalu, dia mengikat pita merah yang melambangkan keberanian di pergelangan tangannya.

“Saya tidak ingin me-mposting terlalu banyak tentang ini—terima kasih saja, Ayah,” tulis Kyal Sin, bersama dengan tanda pagar [tagar] “Keadilan untuk Myanmar”.

Akhir tahun lalu, dia dan Ayahnya mengambil foto jari mereka yang ternoda tinta setelah memberikan suara pada pemilu demokratis kedua Myanmar, yang kemudian dimenangkan oleh partainya Suu Kyi; Liga Nasional untuk Demokrasi, dengan telak.

BACA JUGA  Brutal, Polisi Myanmar Tembaki Demonstran, Dua Orang tewas

“Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya telah menjalankan tanggung jawab saya sebagai warga negara … satu suara dari hati,” tulis Kyal Sin di Facebook, mem-posting foto dirinya sedang mencium jari bertinta.

Pada Kamis pagi, para pelayat menyanyikan lagu revolusioner populer “Kami Tidak Akan Melupakan Sampai Akhir Dunia” saat mereka melewati peti matinya dengan membawa karangan bunga.

Sebuah truk yang dipenuhi bunga dengan poster “pahlawan” di bagian depan muncul dalam prosesi pemakamannya, diikuti dengan mobil jenazah warna hitam dan emas.

Curahan duka bermunculan secara online dengan banyak yang menyebutnya sebagai martir. “Hati saya sangat sakit,” tulis salah satu temannya di Facebook.

“Beristirahatlah dengan tenang temanku,” tulis temannya yang lain. “Kami akan berjuang untuk revolusi ini sampai akhir.”. (*)

- Advertisement -spot_imgspot_img
Must Read
Terbaru
- Advertisement -spot_imgspot_img
Baca Juga :