spot_img
spot_img
spot_img
BerandaBerita Utama2021 Tahun Kebangkitan, Presiden KSBSI: Perempuan Harus Berani Bersuara!
Rabu, April 24, 2024

2021 Tahun Kebangkitan, Presiden KSBSI: Perempuan Harus Berani Bersuara!

spot_imgspot_img

Kantorberitaburuh.com, JAKARTA – Pandemi covid berdampak langsung terhadap buruh dan pekerja di sektor formal dan informal. Dan buruh perempuan menjadi yang paling terpuruk dari sisi ekonomi dan kesehatan mentalnya terutama di negara-negara berkembang.

hal itulah yang diungkap oleh Elly Rosita Silaban, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI).

Dia menjelaskan, dalam keseharian kaum hawa itu banyak bekerja di sektor formal dan informal dengan status mereka sebagian besar telah menjadi ibu rumah tangga.

“Dari jutaan buruh yang ter- PHK ini, korban terbanyak adalah perempuan yang bekerja di sektor informal. Seperti bekerja di pelayan cafe, restoran, salon.  Sementara, status mereka ini juga sebagai ibu rumah tangga yang selama ikut menanggung beban ekonomi keluarganya,” kata Elly Rosita Silaban dalam keterangan resmi yang dikutip Kantor Berita Buruh dari situs KSBSI.org, Sabtu (24/1/2021).

Karena itu, Elly meminta pemerintah memikirkan nasib perempuan yang tidak bekerja lagi. Menurutnya, kalau tidak diperhatikan, beban yang mereka tanggung bisa berdampak tidak baik kepada keluarga dan lingkungannya. Terutama semakin mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya.

BACA JUGA  Vaksin Massal Buruh di Kemnaker, KSBSI: Pengurus Sehat Anggota Sehat!

“Sebenarnya di tengah susahnya menghadapi pandemi Covid-19, perempuan itu tidak cengeng dan banyak permintaan. Walau kita tahu perempuan itu lebih banyak menanggung beban, namun pada umumnya mereka memilih mengalah dan mencari solusi,” ungkapnya.

Tak cuma soal ekonomi, Elly mengungkap, berdasarkan hasil penelitian, wabah Corona ikut menyebabkan kasus  kekerasan perempuan meningkat pada 2020.

Salah satu contoh kasus, saat suaminya terkena PHK, tentu berdampak pada perekonomian keluarga, sehingga suaminya menjadi stres dan istri pun menjadi pelampiasan kemarahan, intimidasi yang berdampak pada psikologisnya.

Evaluasi Program Prakerja

Melihat dilema ini,  Elly menyarankan ada baiknya pemerintah membuat program khusus bagi perempuan yang telah kehilangan kerja, dalam bentuk bantuan sosial dan jaminan lapangan kerja gar beban stres mereka bisa terbantu pulih.

BACA JUGA  Cegah Covid Klaster Industri, Sekjen KSBSI: Terapkan Budaya K3 dan 6M

“Karena kesehatan mental itu penting untuk meningkatkan kinerja profesional.” tegasnya.

“Apalagi Presiden Joko Widodo menyampaikan tahun ini fokus pada pemulihan ekonomi. Saya berharap, pemerintah ikut memprioritaskan agar perempuan bisa normal bekerja lagi. Sehingga roda perekonomian berjalan baik,” tandas Elly.

Terkait program Kartu Prapekerja yang dicanangkan pemerintah sejak awal 2020, dia menilai program itu bagus dalam membuka lapangan kerja bagi 7,2 juta orang yang belum bekerja akhir 2019. Belum lagi, hasil data statistik, setiap tahunnya masyarakat Indonesia yang belum bekerja mencapai 2,3 juta orang.

“Namun program itu kan lari dari perencanaan, karena terjadi pandemi Covid-19 sejak bulan Maret 2020. Sehingga program Prakerja waktu direalisasikan pemerintah akhirnya saya nilai tidak efektif untuk masyarakat,” jelasnya.

Sarannya, program Kartu Prakerja sebaiknya di evaluasi dahulu, kalau tahun ini ingin dijalankan kembali. Pemerintah harus mensosialisasikan dahulu program tersebut kepada masyarakat, supaya paham manfaatnya. Serta membimbing masyarakat, agar paham menjadi peserta Kartu Prakerja lewat teknologi digital.

BACA JUGA  KPK Makin Ambyar: Pungli di Rutan, Cabuli Istri Napi, Tilap Uang Dinas

“Hasil program Kartu Prakerja yang direalisasikan pada 2020 lalu juga tidak menjamin masyarakat bisa mendapatkan akses pekerjaan. Jadi program Prakerja sebaiknya mempunyai format baru dimasa pandemi ini. Supaya bagi peserta yang sudah lulus, langsung mendapatkan pekerjaan,” ungkapnya.

Bangkitnya Perempuan

Elly menegaskan, awal tahun ini harus dijadikan momen kebangkitan perempuan dan terlibat dalam pemulihan ekonomi. Pandemi Covid-19 jangan lagi dijadikan alasan untuk diam tidak bersuara. Tapi harus berani bersuara, memberikan ide, gagasan dan mengkampanyekan hak kesetaraan gender.

“Terjadinya perubahan itu memang harus dimulai dari diri sendiri, kita tidak bisa menunggu orang lain membantu kita untuk melakukan perubahan,” tutupnya.

(Andreas/Tunjang/KSBSI.org/RedKBB).

- Advertisement -spot_imgspot_img
Must Read
Terbaru
- Advertisement -spot_imgspot_img
Baca Juga :